Vigan atau Bigan? orang Filipina memang susah membedakan huruf V dengan huruf B bahkan sering tertukar. Tetapi Vigan atau Bigan sama saja. Lungsod ng Vigan adalah nama dalam bahasa Tagalog, sementara Ciudad ti Bigan adalah nama dalam bahasa Ilokano. Kebanyakan warga Manila hanya mengenal Bigan bukannya Vigan. Entah karena memang tahunya Bigan atau memang karena cara melafalkan huruf V dan B yang sering terbalik. Sampai saat ini ibukota propinsi Ilocos Sur yang juga dikenal sebagai “Villa Fernandina” atau “City of Ferdinand” ini adalah satu-satunya kota di Filipina yang masih kental dengan nuansa Spanyol abad 16.
Tak mau repot dengan barang bawaan, ransel dan backpack kami taruh di loker hostel dengan biaya 150 peso per hari, toh kami hanya sehari ke Vigan dan malamnya kembali ke Manila. Dengan ongkos 825 peso, sleeper bus Partas formasi kursi 2-1 lumayan untuk istirahat selama 9 jam perjalanan dari Manila ke Vigan.
Pukul 6 pagi, disambut hujan yang semakin deras dari malam, bus tiba di pool bus Partas dekat Vigan Public Market. Suasana pagi yang masih sepi, udara yang masih segar karena hujan, beberapa tricycle tampak ngetem di parkiran pasar, dan sesekali ada juga yang bersliweran semakin menambah kesan pelosok pada kota ini.
Vigan merupakan kota warisan dunia yang dicatat oleh UNESCO, sehingga bangunan-bangunan peninggalan Spanyol masih dilestarikan seperti di sepanjang Calle Crisologo dan sekitarnya. Jika cuaca cerah, sehari rasanya cukup untuk melihat semuanya dengan berjalan kaki atau naik calesa, bendi khas Filipina. Sepanjang Calle Crisologo ini memang menjadi pusat atraksi turis di Vigan.
Dari Vigan rencananya kami mau ke Paoay untuk melihat Paoay Church, La Paz Sand Dunes dekat bandara Laoag, dan Malacanang of The North di Propinsi Ilocos Norte. Hari itu hujan terus dari pagi hingga sore, sehingga membatalkan rencana ketempat-tempat tersebut. Tapi tidak membatalkan kami menuju Laoag, karena kami harus kembali ke Manila dengan penerbangan malam hari dari Laoag. Sepanjang jalan menuju Laoag pun hujan semakin deras dan jalanan di beberapa daerah yang dilewati tergenang banjir. Esoknya di Manila, setelah melihat berita di tivi, ternyata ada badai di utara pulau Ilocos Norte.
Walau merupakan ibukota propinsi, Vigan adalah kota kecil bandaranya tidak melayani banyak penerbangan sehingga kami harus ke bandara di kota tetangganya yang lebih ramai. Laoag merupakan ibukota Propinsi Ilocos Norte, 73 km di utara Vigan dan dapat ditempuh selama 2 jam dengan bus Partas, ongkosnya 137 peso. Karena sudah sore, dari terminal bus Maria de Leon dibelakang Laoag City Hall ke Bandara Laoag yang jaraknya sekitar 7,5 km pilihannya hanya naik tricycle. Ongkos tergantung tawar menawar. Setelah tawar menawar, kami dikenakan ongkos 50 peso per orang. Lagipula kasihan juga kalau melihat perjuangan supir becaknya, sudah tua tapi masih mau mengantar kami bertiga ditengah hujan deras. Walaupun pakai jas hujan, saya yakin pak supir basah kuyup dan kedinginan. Terlihat dari tangannya yang memucat.
One man Hide said
Dari Vigan rencananya kami mau ke Paoay untuk melihat Paoay Church, La Paz Sand Dunes dekat bandara Laoag, dan Malacanang of The North di Propinsi Ilocos Norte. Hari itu hujan terus dari pagi hingga sore,
Samsung gear said
an sekitarnya. Jika cuaca cerah, sehari rasanya cukup untuk melihat semuanya dengan berjalan kaki atau naik calesa, bendi khas Filipina. Sepanjang Calle Crisologo ini
kamus jenius said
waawww keren banget bisa jelong jelong kesono, pasti seru tuhhh
kamera gopro terbaru said
good job buat postingannya gan,,,,
memanaskan motor said
intinya vigan atau bigan sama aja yaaa….
cerita kocak said
welll, tempatnya musti cepet2 dikunjungi nihh
pengertian sistem said
weeeeww keren bingit postingannya….
resep ayam goreng said
super sekali yaa infonya….