Tour de Chiang Rai

Tha Phae Gate

Tha Phae Gate

Sore hari sekitar jam 4 saya sampai di bandara Chiang Mai. Tanpa bekal yang cukup tentang angkutan umum di Chiang Mai, saya, Shobi, dan seorang backpacker dari China yang baru kami kenal di bandara ini, naik song thaew (angkutan merah khas Thailand) ke kota tua Chiang Mai. Angkot di Chiang Mai tidak punya rute yang pasti jadi harus bertanya lebih dulu sesuai tujuan. Dari bandara Chiang Mai saya minta diantarkan ke Mojito Guest House di sebelah barat kota tua Chiang Mai sementara si backpacker asal China turun di Pasar Chiang Mai.

Saya manfaatkan waktu di malam untuk berjalan kaki menyusuri tembok kota Chiang Mai mencari makan malam sekaligus mengenal sedikit kota ini. Kota tua Chiang Mai merupakan ibukota peninggalan kerajaan Lana, berada di dalam sebuah tembok persegi dengan parit diluarnya. Beberapa bagian tembok masih terlihat kokoh berdiri hingga kini, seperti tampak di Tha Phae Gate. Karena kota ini cukup luas, tak semuanya bisa dijelajahi dengan berjalan kaki, kami akhiri di Monumen Tiga Raja dimana patung 3 raja didirikan untuk mengenang raja-raja yang meyatukan kota Chiang Mai.

three kings monument chiang mai

Monumen Tiga Raja

Pagi hari berikutnya kami ikut one day tour ke Chiang Rai, provinsi paling utara Thailand, yang berbatasan langsung dengan Myanmar dan Laos. Tour 800 Baht ini direkomendasikan oleh Ping-Pong si pemilik guest house, mengingat waktu kami yang singkat di Chiang Mai, sehingga akan sulit membagi waktu jika harus pergi Chiang Rai dan Golden Triangle tanpa ikut tour. Kami di jemput sekitar pukul 7.30 pagi dengan sebuah minivan dari the Travel North tour. Ada 11 orang dalam van tersebut, sepasang suami istri dari Spanyol, seorang bapak asal Padang yang beristri perempuan Singapura, Seorang Ibu dan Anak perempuannya dari Belanda, dan seorang anak laki-laki dari Selandia Baru, supir van dan tentunya tour guide.

Chiang Rai Hot Spring
Sekitar pukul 9.30 kami sampai di air mancur Chiang Rai, lokasinya tepat berada disamping jalan raya menuju kota Chiang Rai. Ini adalah salah satu air mancur panas di utara Thailand. Untuk masuk ke lokasi ini gratis. Kita bisa membeli telur puyuh dalam kerangjang kecil untuk direbus di sumber air panas ini.

hot spring chiang rai

Chiang Rai Hot Spring

Wat Rong Khun
Lebih dikenal White Temple karena seluruh kuil ini berwarna putih yang sangat berbeda dengan kebanyakan kuil di Thailand yang didominasi warna-warna emas. Kuil ini tergolong kuil modern karena belum lama dibangun, tembok dalam kuil juga banyak dihiasi lukisan super hero dari barat dan Jepang.

white temple chiang rai

Wat Rong Khun

golden triangle

Golden Triangle

Golden Triangle
Lokasinya berada di tepian sungai Mekong yang membagi wilayah ini menjadi 3 negara. Jika berada di bagian Thailand, maka dibagian sebrang utara sungai Mekong adalah Laos, sementara di sebelah kiri adalah Myanmar. Dulunya wilayah ini terkenal dengan perdagangan opium, sehingga dijuluki Golden Triangle. Namun sekarang sudah berganti dengan pariwisata. Di sisi Thailand terdapat patung Buddha raksasa yang sedang duduk bersila diatas perahu seolah-olah sedang memberi berkat. Sementara di sisi Laos, ada sebuah bangunan kasino berkubah dengan cat warna emas. Sementara Myanmar jaraknya agak jauh, sehingga hanya terlihat pegunungan saja.

thailand side at golden triangle

Patung Buddha di sisi Sungai Mekong (Thailand)

laos casino golden triangle

Kasino di sisi sungai Mekong (Laos)

Untuk menyusuri sungai Mekong, rombongan tour menaiki perahu dengan harga tiket 200 Baht. Rutenya hanya menyusuri sungai Mekong selama 1 jam kemudian mampir ke sisi Laos yaitu Pulau Don Sao untuk sekedar berbelanja barang-barang di Laos, mengirim kartu pos, atau hanya melihat-lihat pasar saja. Untuk masuk ke Don Sao di Laos, pengunjung harus membayar 20 Baht. Tapi kami lolos dari pungutan itu, karena kami mirip dengan orang lokal.

donsao island laos

Don Sao Island

Pintu ke Myanmar
Dari Golden Triangle, kemudian menuju restoran untuk makan siang sebelum melanjutkan ke perbatasan Myanmar di Mae Sai. Di perbatasan antara Myanmar dengan Thailand ini ada Pasar Mae Sai. Dari pasar Mae Sai ini terlihat bahwa ekonomi Thailand lebih berkembang dibandingkan dengan Myanmar sehingga banyak warga Myanmar yang menyebrang untuk berbelanja keperluan sehari-hari di pasar ini. Ada yang menggunakan motor beroda tiga, kendaraan khas Myanmar, hingga mobil. Saya mengurungkan niat untuk masuk ke Myanmar karena keterbatasan waktu tour, dan kalaupun masuk akan dikenakan VoA (Visa on Arrival) yang biayanya sekitar 500 Baht.

mae sai boundary post

Pos Perbatasan Thailand Myanmar

myanmar and thailand border

Perbatasan Thailand dan Myanmar (sebrang sungai)

Suku Karen
Tour berlanjut kembali ke Chiang Mai. Berhenti di Desa Suku Berleher Panjang (Long Neck Tribe Village). Karena tour yang kami ambil seharga 800 Baht, biaya perahu di sungai Mekong dan biaya Masuk ke Long Neck Tribe Village tidak termasuk. Masuk ke Desa ini pengunjung harus membayar 300 Baht, tapi harga ini masih bisa ditawar hingga separuhnya. Tetapi berdasarkan beberapa informasi yang saya baca, harga ini masih terlalu mahal dibandingkan dengan desa suku Karen di Myanmar, karena desa ini adalah desa buatan yang ditujukan untuk tujuan wisata. Saya memutuskan untuk tidak masuk ke desa dan hanya melihat-lihat souvenir yang di jual oleh suku lain.

karen tribe village

Pemukiman Suku Karen

karen tribe woman

One day tour ini berakhir kembali di Chiang Mai pukul 20:00, peserta tour diantar ke penginapan masing-masing, sementara kami dan bapak asal Padang dengan istrinya yang orang Singapura minta diantarkan ke Pasar Malam Anusarn untuk mencari makan malam berlabel halal, soup Tom Yam Kung.

Pasar Malam Anusarn

Pasar Malam Anusarn

Leave a comment